Jatengpost.com - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menyebut jika temuan virus corona varian India di Kudus merupakan kasus pertama yang ada di Jateng. Ia pun menghimbau agar masyarakat terus waspada dengan penularannya. "Sekali lagi dicatat, varian baru virus COVID-19 sudah masuk di Kudus. Maka, masyarakat harus sadar betul akan penularannya yang lebih cepat dibanding virus varian sebelumnya," kata Ganjar ditemui di sela kunjungan kerja di Posko COVID-19 di Kudus, Minggu (13/6). Lebih lanjut menurut Ganjar, masyarakat jangan sampai lengah dengan tidak disiplin menerapkan protokol kesehatan. Ia pun meminta masyarakat terus mengenakan masker, khususnya saat di antara orang banyak. Ia mengusulkan lima hari di rumah saja, sehingga orang tua, lanjut usia (lansia), anak-anak jangan keluar rumah. Warga dipersilakan keluar rumah ketika ada kepentingan yang sangat mendesak, dan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) diperbanyak. Ganjar mengatakan upaya memutus mata rantai penularan virus varian baru tersebut harus dilakukan bersama-sama. Pemerintah Pusat dan Pemprov Jateng dalam hal ini turut membantu mengomunikasikannya dengan kabupaten sekitar, seperti Kabupaten Pati, Grobogan, dan Demak. Kabupaten Grobogan, kata Ganjar, juga sudah menerapkan kebijakan di rumah saja. Operasi yustisi dilakukan untuk mengantisipasi warga bandel yang masih keluar rumah tanpa kepentingan berarti. Guna memastikan apakah virus corona varian baru dari India hanya ditemukan di Kudus atau daerah lain, pemeriksaan sampel genome pasien Covid-19 diperbanyak dengan mengambil sampel dari beberapa kabupaten. Selain itu, Pemprov Jateng juga mengajukan bantuan ke pusat karena Kudus yang pertama. "Saya sempat curiga dengan pergerakan tiga pekan sebelumnya hanya tiga kabupaten yang mengalami lonjakan kasus, terus bertambah menjadi delapan kabupaten dan sekarang 11 kabupaten. Saya waktu itu yakin ini pasti varian baru," ujarnya. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yulianto Prabowo menambahkan bahwa pemeriksaan sampel genome pasien Covid-19 dari beberapa kabupaten, sudah dikirim ke laboratorium di UGM, Balitbangkes dan laboratorium pusat. Hasilnya, kata dia, baru bisa diketahui setelah dua pekan karena sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa mendeteksi secara cepat. Yulianto mengatakan bukan perkara mudah untuk menelusuri temuan varian baru tersebut, karena temuannya bukan dalam skala satu rukun tetangga (RT) melainkan lebih luas.